Friday, May 3, 2013

Rinduku Tertinggal di Pantai Kuwaru

So I’m going home, back to the place where I belong, where your love is always be enough for me…
Cuplikan lirik lagu ‘I’m Going Home’ dari Chris Daughtry sepertinya sangat mewakili hati anak rantau di manapun mereka berada, termasuk juga saya. Pada titik tertentu, sejauh apapun kami berada, kemanapun arah perjalanan ini membawa, rumah adalah tujuan kami kembali nantinya.
Maret lalu saya berkesempatan mengunjungi kampung halaman kembali (ya! ngaku Kampung deh kali ini :D). Kampung saya berada di sebuah kota kecil yang dimanapun saya berada selalu bersinar di hati (mulai lebay, mohon dimengerti :D), yaitu Klaten Bersinar. Terletak di antara dua kota budaya terkenal di Jawa Tengah yaitu Jogja dan Solo meski kota ini sendiri tak ikut terkenal :D, memberikannya akses yang mudah untuk meng-eksplor dua wilayah tersebut (kalau pengen nanya , ‘trus di Klaten sendiri ada apa?’ jawabannya nanti saja ya, bukan berarti gak ada apa-apa! next posting maybe hahahaha).
Pas-nya lagi, hobi keluarga saya itu adventure, bahasa kerennya sekarang blusukan (padahal ini bahasa sejak saya kecil :D). Tapi yaa.. adventure kecil2an gitu sih, maklumlah memang orang kecil walaupun badannya ada yang besar :D. Dari sepedaan ke Prambanan, touring ke tempat-tempat eksotis sekitar Jogja dan Solo sampai hiking ke Gunung Kidul! Bepergian bersama seperti ini rasanya ehmm.. gimanaa gitu. Anak sekarang kalo saya kan udah anak jaman dulu :D sering menyebutnya Quality Time! Ketika rasa rindu itu terbalaskan dengan waktu yang sangat spesial, di mana hanya ada aku, keluargaku dan alam.
Dan pada kesempatan kali ini, setelah lama kami tak ber-blusukan ria, akhirnya kami memutuskan touring ke pantai di kawasan Bantul, Yogyakarta (±2 jam perjalanan dengan motor). Pukul 10.00 WIK (Waktu Indonesia bagian Klaten) kami baru berangkat (berhubung cuma punya waktu sangat singkat di rumah dan Pa’e (Bapak) sedang sibuk-sibuknya). Jadilah jam 12 kurang kami sampai di tujuan pertama, Pantai Kuwaru. Seperti apa pantainya? Cekidot!
Pantai Kuwaru bukan jenis pantai yang bisa buat berenang ya. ombaknya besaaarr, pasirnya kelabu. Cuma indah di lihat saja tapi jangan nyemplung karena berbahaya. Yang unik di pantai ini, adalah pohon Cemara udang-nya yang ditanam apik di bibir pantai.

 Pohon Cemara Udang Sepanjang Pantai Kuwaru

Cemara udang atau yang memiliki nama latin Casuarina equisetifolia disebut-sebut merupakan pohon cemara asli Indonesia, berasal dari Kabupaten Sumenep, Madura. Tanaman ini diteliti dan ditanam oleh Tim Riset Unggulan Terpadu (RUT) UGM di Pantai Samas (tetangganya pantai Kuwaru), kemudian tahun tahun 2000 ditanam juga di pantai ini dan ternyata cocok. Pohonnya tumbuh tinggi lebat.
Cemara udang ditanam untuk mengurangi efek abrasi gelombang laut. Selain itu juga bertujuan untuk memecah angina (wind breaker) sehingga tidak masuk ke daratan. Namun, sebagai penahan abrasi tanaman ini sepertinya sudah tidak efektif lagi di Pantai Selatan, melihat begitu besar dan kuatnya ombak. Dari laporan beberapa media online, pasang air laut ini disebabkan oleh pemanasan global. Dulu bibir pantai Kuwaru mencapai 200 m, sekarang hanya sekitar 5 meter, bayangkan!

Gambar bibir pantai yang hanya bersisa 5 m dari 200 m 
 
Gambar abrasi, jarak dekat 
 
Cemara udang pun terhempas gelombang

Kondisi pantai Selatan Jawa memang kebanyakan lebih banyak pasir daripada lumpurnya, selain itu mangrove atau bakau hanya cocok ditanam di wilayah dengan air payau, bukan air laut. Karena itu untuk mencegah abrasi, cemara udang lebih cocok ditanam di wilayah ini dibandingkan dengan mangrove, walaupun ternyata kurang efektif. Kalau ada anak konservasi yang  baca blog ini, siapa tahu ada ide menangani-nya ya? Coba berkunjung ke sana dan Let’s act!
Namun tetap, pantai ini asyik untuk liburan keluarga, dengan track ATV-nya yang seru, naik turun diantara pohon cemara udang. Dan gak nyangka juga ternyata bisa jadi wisata konservasi!
Pantai berikutnya Gua cemara, hanya terletak sekitar 1 km dari Pantai Kuwaru, pantai ini memiliki jajaran pohon cemara udang yang lebih besar dan kokoh. Tingkat abrasi juga tidak sehebat di Pantai Kuwaru. Karena pohon cemara udangnya lebih teduh dan besar hingga membentuk atap alami serupa gua, mungkin ini yang menyebabkannya disebut pantai Gua Cemara. Kawasannya juga lebih luas, jadi sangat cocok jika digunakan untuk event kantor atau sekolah.

Paduan Biru-Hijau Pantai Gua Cemara

Rimbunnya pohon Cemara udang dengan mercusuar di ujung jalan  


Mawar (bukan nama sebenarnya) model di antara rerimbunan cemara udang :D
Tujuan terakhir kita adalah Pantai Parangtritis pastinya. Kalau ke Bantul rasanya tidak afdhol jika tak mampir ke Pantai yang sudah sangat terkenal ini. Parangtritis dan Parangkusumo (pantai sebelahnya) selain terkenal dengan garis pantainya yang sangat luas dan panjang, tentu banyak yang sudah tahu juga kisah mistis yang terdengar darinya, seperti kisah penguasanya Nyi Roro Kidul konon katanya, tapi saya tidak akan menceritakan tentang ini ya :D.
Parangtritis merupakan pantai dengan fasilitas yang lumayan OK dibandingkan pantai lain di wilayah lainnya di Bantul, karena mungkin memang sudah lama menjadi obyek wisata. Penjaga pantai di sini benar-benar mengawasi pengunjung, namun tetap saja walaupun ombaknya sangat asyik untuk dinikmati, pengunjung harus terus waspada. Jangan main ombak terlalu jauh dari bibir pantai ya!
Eksotika Pantai Parangtritis

Suasana pantai yang saat padat pengunjung

Di Pantai ini banyak pilihan wahana yang bisa dicoba juga, ada andhong (kereta yang ditarik kuda), ATV, maupun naik kuda-nya sendiri. Saya juga sempat melihat ada yang olahraga Paralayang di sini, silahkan coba cari infonya ya :D.
Mesranya pasangan suami istri ber-andong ria :D
ATV siap untuk disewa menemani perjalanan anda sepanjang bibir pantai yang luas
Eksplor dengan kuda juga asyik
Pasirnya yang lembut kelabu sangat OK dibuat istana pasir lho (*digambar, contoh istana pasir gagal :D)

Jejak kaki sang Pendekar di antara gelombang :D
Yups.. begitulah cara keluarga kami melepas penat ria. Sebuah perjalanan yang sederhana namun penuh makna. Sebenarnya lumayan banyak tempat yang kami kunjungi di wilayah Jogja-Solo dsk. Mungkin lain waktu bisa share kisah lainnya. Terimakasih telah mlipir ke kisah-kisah kecil saya.. Please give some comments for the better Dendelionisme yaaa.

Sumber selain ngeliat langsung:




0 comments:

Post a Comment