Monday, March 25, 2013

Eksotika Pantai Sawarna



Mobil elf kami melaju membelah malam, melewati  jalanan berkelak-kelok, naik turun perbukitan di kawasan Banten. Sekitar pukul 22.00 WIB kami berangkat dari meeting point di kawasan Plaza Semanggi, Jakarta. Kabarnya dibutuhkan waktu sekitar 7 jam dari Jakarta menuju tempat yang akan kami tuju. Kali ini adalah petualangan baru bersama teman-teman baru dari Komunitas Backpacker Indonesia, dan tujuan kami adalah menikmati eksotika Pantai Sawarna!

Sawarna sesungguhnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Mungkin belum banyak yang tahu ternyata Banten memiliki potensi-potensi wisata selain pantai Anyer yang sudah sangat terkenal. Beberapa media bahkan menyebutkan bahwa Pantai Sawarna merupakan salah satu ‘hidden paradise’ di kawasan Jawa Barat. Turis mancanegara ternyata malah lebih tahu kawasan ini, karena ombak pantainya cocok untuk surfing.

Eksotika Pantai Sawarna
Sawarna memberikan sajian alam yang komplit, paket hemat dan lengkap-lah untuk backpacker pemula ;D. Karena selain pantai, juga ada gua karst, serta hamparan persawanan hijau. Terdapat tiga pantai yang kami kunjungi di kawasan ini, Pantai Pasir Putih, Pantai Tanjung Layar dan Pantai Legon Pari. Sedangkan untuk gua, kami mengeksplor gua Lalay. 

Masuk ke kawasan Sawarna, kita akan melewati jembatan gantung sebagai pintu gerbang desa wisatanya. Di kawasan pertama kita akan menemukan homestay-homestay yang murah meriah namun nyaman. Uniknya kawasan Sawarna adalah, kawasan pantainya seakan menyatu dengan persawahan yang ditanami padi. Jadi ketika keluar dari kawasan pedesaan yang juga dikelilingi oleh pematang sawah, kita akan melewati hamparan padi yang mulai menguning, dan siapa sangka di baliknya membentang pantai dengan pasir putih dan biru lautnya. 
Jembatan Gantung Memasuki Kawasan Desa Wisata Sawarna
Salah Satu Homestay di Desa Sawarna
Uniknya lagi, setiap destinasi bisa dieksplor dengan berjalan kaki. Jadi dari pantai ke gua serta dari pantai ke pantai yang lain bisa ditempuh dengan berjalan kaki, masuk ke perkampungan penduduk, menyusuri pematang sawah, melewati jembatan gantung yang unik, menembus sungai serta naik turun bukit sepanjang pesisir pantai. Dan pemandangan yang akan kalian temui sepanjang perjalanan ini hanyalah keindahan! Maha Besar Dia Yang Menciptakan!

Hamparan Padi Menguning Sepanjang Jalur Menuju Pantai
Pemandangan Sepanjang Susur Pantai
Destinasi pertama dan memang yang paling dekat jangkauannya dari homestay yaitu Pantai Pasir Putih. Pantai Pasir Putih; biasa digunakan untuk surfing dengan garis pantainya yang panjang dan luas serta ombaknya yang aduhai. 
Pantai Pasir Putih
Destinasi kedua kami adalah  Gua Lalay. Jaraknya sekitar 2 km dari homestay. Gua karst ini memiliki stalaktif dan stalakmit yang indah dan masih aktif (eh.. kayak gunung berapi aja, hmm.. apa ya bahasa yang tepat? :D). Pintu guanya terlihat kecil namun dalamnya ternyata luas, mungkin sekitar 500 m yang bisa kita eksplor.  Jangan lupa senter dan siap-siap basah ya kalau di sini, karena tinggi airnya bisa mencapai selutut :D.

Gua Lalay
Jembatan Gantung Menuju Gua Lalay
Dari Gua Lalay kami bertolak ke Pantai Legon Pari, ditemani dengan dua orang anak penduduk sekitar yang menjadi tour guide kecil  dadakan kami :D. Jaraknya sekitar 45 menit  perjalanan susur sawah, susur sungai dan naik turun bukit! Lumayan capek sih tapi semua akan terbayar dengan indahnya pantai yang mungkin bisa dibilang masih ‘perawan’ ini. Pantai Legon Pari memiliki pasir putihnya yang masih sangat bersih dan lautnya yang biru bening, pantai ini adalah spot yang tepat untuk melihat sunrise.

Pantai Legon Pari
Menuju ke destinasi selanjutnya, kami berjalan menyusur sepanjang garis pantai selatan menuju  Pantai Tanjung Layar. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam, wow pokoknya! terkenal dengan batu karang besarnya yang seperti layar kapal, pantai ini menjadi ikon Sawarna dan merupakan tempat yang indah untuk menikmati sunset.
Pantai Tanjung Layar
Setelah puas menikmati sunset dan berfoto ria, kami kembali ke homestay melewati Pantai Pasir Putih. Yups.. setiap pantainya terhubung dan saling sambung menyambung sehingga memudahkan eksplorasi! Oh ya.. untuk teman-teman yang mau menghemat biasa lagi, sebenarnya bisa menginap di saung terbuka atau membawa tenda sendiri. Jadi.. kapan mau mencoba berkunjung ke sini?

Komunitas Backpacker Indonesia Full Team


Sumber Gambar: Jepretan Teman-Teman BPI Sawarna, Guys.. Thanks for the time & the photos yaa :) 
Another sources:



Thursday, March 14, 2013

Tentang Ketidakpuasan dan Kayu Bakar

Manusia itu memang tempatnya khilaf dan salah, dengki dan iri, kecewa dan selalu gak puas ya. Misal dengan rizki yang udah kita dapet sekarang masih aja berpikir; gilee ni temen dapat kerjaan bagus banget di tempat yang manstap, ato waahh.. hebat gila dia dapet beasiswa ke LN euy, kadang waahhh.. temen udah ada yang nikah lagi ni, trus saya kapan? :D.  Udah dikasih kulit maunya hati, udah di kasih hati maunya jantung. Duuhhh.. hati-hati tu kolesterol semua! :D
Jadi ingat pas adek saya mengingatkan kakaknya pas si kakak ngeluh harus bayar ini, bayar itu, belum bisa beliin ini dan itu, tapi tabungan belum mulai terisi-isi juga. Katanya, ‘Kalo mikirnya kayak gitu mah gak akan pernah puas mbk’. Eh.. iya ni, diingetin hehe.. kadang lebih dewasa juga ni si adek ^^v. Emang kalo untuk yang satu ini cuma bisa di-stop dengan satu kata deh, ‘syukur’ dah, stop! :)
Tapi memang wajar sih kalo manusia gak pernah ada puasnya. Kalo manusia udah puas dengan apa yang didapet gimana jadinya hidup donk, datar-dataaar aja, gelap mungkin malah! Misalnya ni kalo Thomas Alfa Edison udah puas dengan penemuannya yang ke-1092, tentu gak akan pernah ada bohlam lampu yang sampai sekarang menerangi rumah-rumah kita.
Jadi.. harus di bawa kemana ketidakpuasan ini? Dibawa demo ke DPR kah? Ato ke KPK mungkin? (hadeeww mulai ngelantur). Kalo boleh jawab ni dari saya, jawabannya cukup dipendam di hati (maksudnya diem ajaa.. gak usah jawab apa-apa*lhoo :D). Tapi buatlah ‘dipendam’-nya ini jadi ‘Bukan diPendam Biasa’.
Kalo ketidakpuasan diibaratkan sebagai kayu bakar, seharusnya dia bisa menyalakan api dalam tungku-tungku perjuangan. Sekali dia dinyalakan, apinya akan berkobar membuat tungku-tungku tetap mengepulkan asap-asap pertanda kehidupan. Sehingga manusia terus akan berjalan ke depan meninggalkan jejak-jejak perjalanannya di belakang.

So.. yuk kita belokkan ke arah kanan! Dari ketidakpuasan jadi intropeksi diri, cari lubang-lubang kesalahan dan segera perbaiki. Dari ketidakpuasan jadi inspirasi, cari celah-celah dan temukan jalan mu sendiri. Sampai kau temukan, here’s the new me! :)
#Sebuah renungan lebih untuk diri sendiri :)