Monday, January 21, 2013

Belajar dari Dandelion

Taraxacum officinale dalam bahasa Inggris disebut Dandelion atau bunga rumput dan dalam bahasa Jawa disebut  ‘Kembang Suket’! Tanaman ini masih banyak dianggap sebagai rumput liar yang tidak memiliki manfaat apapun bahkan beberapa orang menganggapnya hanya serumpun gulma. Namun berbagai penelitian banyak Negara telah menyebutkan tanaman ini ternyata memiliki banyak potensi luar biasa. Sebagai tumbuhan herbal yang kaya akan bermacam khasiat dari sakit perut hingga arthritis, begitulah penjelasan yang ada.

Perkenalanku dengan bunga ini mungkin bisa dibilang cukup lama. Tetapi entah memang spesies officinale ataukah bukan, sejak kecil aku sudah sering memainkannya di antara hamparan ladang jagung atau ketela pohon di kampung halaman. Meniup kepala bunganya hingga beterbangan kemana-mana tertiup angin memberikan keasyikan tersendiri. Beranjak dewasa (sudah bisa disebut dewasakah? Haha) aku menemukan keasyikan lain dari serumpun bunga ini.
Menilik perjalanan Dandelion dan menconteknya menjadi semacam ‘filosofi’ hidup ya.. begitulah yang akan sedikit ku ceritakan. Bunga ini mengajarkan banyak hal bahkan mungkin lebih dari yang kita tahu.

Dari kisah perjuangan dia tumbuh tahukah kamu? Dandelion kecil pada masa yang telah ditentukan akan terlepas dari induknya, terbang terbawa angin jauh menuju tempat barunya. Ada yang terkena angin kecil dan jatuh dekat dengan induknya, ada yang terbawa oleh sayap burung sehingga dia berpindah semakin jauh, ada juga yang terbawa angin badai sehingga terpelanting jauh dari tempatnya semula ke wilayah asing yang dia tidak ketahui. Tempat dia jatuhpun bermacam-macam. Ada yang jatuh di tanah subur yang hijau dan rindang, ada yang jatuh di lahan tandus yang kering kerontang bahkan ada yang terbawa sampai pucuk bukit yang terjal. Namun dimanapun dia jatuh, bagaimanapun kondisi tempat pendaratannya, dia tetap siap untuk terus bertumbuh. Menyesuaikan diri dengan alam baru yang ada disekelilingnya, berjuang dengan keterbatasan dan segala upaya. Di antara tanah yang gembur, di sela-sela lahan kerontang ataupun di ujung batu perbukitan terjal dia siap memulai babak baru kehidupan. Tumbuh, lepas, terbang.., menemukan tempat baru kemudian siap lagi bertumbuh. Begitu seterusnya setiap siklus dinamis hidupnya. Dia tidak tahu apakah selanjutnya dia harus tumbuh di tanah gembur penuh tetumbuhan atau di batu gunung yang terjal. Kemanapun angin membawanya, apapun yang terjadi di depan, dia siap untuk berjuang.

Alam mengajarkan kita, membaca ayat Kauniyah-Nya yang terbentang di penjuru jagat raya. Dandelion kecil mungkin adalah salah satunya. Aku selalu mengagumi semangat di balik kesederhanaannya. Siapa sangka tumbuhan kerdil yang tak ada indah-indahnya sama sekali dibandingkan bunga lain ini memiliki sekelumit kisah yang membuat kita berkaca, sudah optimalkah usaha kita untuk bangkit dan terus berdiri di tempat kita berada? Atau sudah maksimalkah usaha kita untuk menggapai mimpi-mimpi yang belum menyata? Terkadang sandungan sedikit saja sudah membuat kita patah.  Jatuh dan tak bisa bangkit. Tenggelam dalam ratapan seakan dunia tak pernah adil!

Sebuah renungan untuk kita bersama. Dandelion kecil yang dengan kesederhanaan dan semangat juangnya, siap untuk bertumbuh di segala kondisi alam yang ada, dan selalu siap untuk memberikan manfaatnya pada sesama, dimanapun dia berapa. Dendelionisme, bukan sebuah paham seperti pada animisme atau dinamisme. Dendelionisme hanyalah sebuah kata untuk merangkum serumpun nasehat hidup dari sang alam, dan sebuah frasa yang mewakili semangat untuk usaha menerapkannya karena Dendelion-is-me! :D

Jatipadang, 20 Januari 2013

Monday, January 14, 2013

Seribu Pesona di Sudut Jakarta (Petualangan Pulau Seribu)


Gerimis tipis mengguyur perahu kami kala itu. Yupz.. hari Sabtu pagi, awal November 2012 akhirnya kami berangkat ke salah satu sudut Propinsi DKI Jakarta yang mungkin menjadi satu-satunya wilayah yang masih asri dan alami di Propinsi letak Ibukota negara yang terkenal dengan hiruk pikuk kemacetan dan polusinya. Yaa.. Thousand Island, atau Pulau Seribu itulah tujuan kami. Sekitar pukul 9.00 perahu kami (semacam perahu nelayan berukuran sedang yang bisa menampung sekitar 150 penumpang) berangkat dari Muara Angke, pelabuhan nelayan di wilayah Jakarta Utara yang khas dengan bau amis dan perairannya yang kotor, mungkin karena semua sampah di daerah Jakarta dan sekitarnya yang sembarangan dibuang ke sungai bermuara di sana, duhh.. Jakarta oh Jakarta. Disambut dengan gerimis tipis yang tak kunjung berhenti kami menikmati perjalanan menuju pulau tujuan kami (dengan tidur haha). Tujuan kami adalah salah satu gugus pulau di Kepulauan Seribu yang terkenal dengan jembatan cintanya, yupz.. Pulau Tidung J

Setelah perahu berlayar kurang lebih 2,5 jam (untung gerimis sudah berhenti, hufft..), nampaklah gugus Pulau yang indah memanjang dari barat ke timur dengan hijaunya pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang sisinya diakhiri dengan pemandangan jembatan cinta yang unik di ujung timurnya. Jembatan ini sepertinya diniatkan untuk menyambungkan Pulau Tidung dengan pulau kecil di sebelah timurnya (Pulau Anak Tidung kalau tidak salah). Namun jembatan ini belum rampung dibangun.

Pulau Tidung dengan Jembatan Cinta di Ujung Timurnya
Turun dari perahu kami disambut oleh pemandu kami yang ramah, yang akan menemani kami selama 2 hari 1 malam di Pulau ini. Kami diantar ke sebuah rumah penduduk yang akan menjadi tempat menginap kami nanti malam. Perut kala itu sudah sangat lapaaarrr, tapi tenang.. paket yang disediakan di pulau ini sudah termasuk biaya makan kok, jadi sesampainya di rumah inap kami bisa langsung mengisi perut yang keronconganJ.
Bada dzuhur pemandu kami datang dan menjelaskan aturan dan jadwal kegiatan yang akan kami lewati selama dua hari. Dan dari pukul 13.00 sampai sore hari 17.00 akan kami lewatkan dengan Snorkling di dua spot berbeda, yippiiiiii… \^^/

Day 1, Refreshing Time with Snorkling

Sebenarnya ini adalah kali pertama saya pribadi melakukan Snorkling! Tadinya saya takut karena benar-benar tidak bisa berenang sama sekali, paling juga gaya batu alias nyemplung langsung bluuung.. J tapi pemandu kami memastikan safety jacket atau pelampung akan membuat kami aman.. jadi yang tidak bisa berenang tidak perlu takut..hehehe.


Snorkeling time
Subhanallah.. hal pertama yang bisa terucap ketika beningnya air laut menyapa kami di spot Snorkling pertama. Benar-benar kami bisa melihat pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan yang berenang warna warni 2 meter di bawah kami. WoW.. koprol duluuu J

Tips dari pemandu kami biar ikan-ikan ngumpul di sekitar kita adalah, kasih roti! Yaa.. secuil roti saja kamu sebar di sekitar kamu selama kamu snorkling maka ikan-ikan akan ngumpul dengan sendirinya berebut remahan roti, lucuu sekali deh! Oh ya.. kebetulan paket promo wisata kami free underwater camera jadi kami bisa bergaya bersama ikan-ikan itu J

the Underwater
Di spot kedua kami dibawa ke pulau unik yang dari kejauhan pasirnya seputih salju. Pulaunya kecil, tidak sampai sebesar lapangan bola malah, tapi tidak ada tumbuhan sama sekali. Just pasir putih yang indah, unik deh. Kami snorkling sebentar di sekitar pulau itu, hmm.. namanya Pulau Gusur, begitu pemandu kami menyebutnya, katanya sih mungkin karena vegetasinya sudah tidak ada sama sekali karena hancur terkena ombak besar. Sedikit yang disayangkan, ikan-ikan di sekitar pulau ini tidak sebanyak spot pertama kami.
Berdiri di sisi utara Pulau Gusur, menatap luasnya Laut Jawa yang biru, membentang sampai ke Pulau Borneo jauuuhh di ujung sana memberikan ketenangan tersendiri. Nyaman, teduh.. damai.. kami benar-benar menikmati suasana ini.

Sudah hampir senja ketika kami pulang dari spot Snorkling. Tadinya jadwal berikutnya adalah hunting sunset. Namun sepertinya cuaca tak mengijinkan kami, huft.. satu kekecewaan lagi. Matahari hanya terlihat seperti bola keperakan karena ditutupi awan tebal sore itu L.

Barbeque night

Malam kami lewati dengan Barbeque Party. Tips untuk acara ini, sebaiknya kita memastikan spot BBQ party-nya adalah spot yang bagus bersama pemandu, karena pengalaman kami waktu itu spot BBQ tidak terlalu sip L. Sebaiknya perlu disiapkan acara dari rombongan sendiri karena pemandu hanya akan membantu menyediakan alat panggang dan ikan. Main UNO atau games lain akan sangat menarik. Tapi malam itu tenaga kami sepertinya sudah tersita habis selama kegitan setengah hari.  Acara BBQ kami tidak terlalu lama, ngobrol-ngobrol sebentar dan makan saja. Karena banyak dari kami yang sudah letih dan menguap makan pimpinan rombongan kami mengajak kam kembali ke penginapan. Mending istirahat lebih cepat dan mempersiapkan tenaga untuk lanjut kegiatan di hari berikutnya agar lebih bersemangat \^^/.

Day 2, Besepeda Ria dan Olahraga Air

Sehabis sholat subuh, pagi-pagi sekali kami sudah bangun untuk mengejar sunrise. Tapi.. hikz.. apalah daya sepertinya matahari tidak terlalu bersahabat selalu kepada kami 2 hari ini. Mendung.. lagi-lagi menggelantung L. Mungkin memang timing kami pergi ke Pulau Seribu salah, karena saat itu sudah awal-awal musim hujan. Jadi tipsnya, sebaiknya jangan berlibur ke Pulau Seribu ketika musim hujan atau setidaknya mendekati musim hujan karena cuaca tidak bisa diprediksi L.

Jadilah kami bersepeda ria ketika matahari sedikit sudah meninggi, jam 7 kami berangkat. Menelusuri lekuk Pulau ini sungguh sangat mengasyikkan. Jalur sepeda dibuat tepat menelurus sisi luar pulau dari sisi barat sampai timur menuju jembatan cinta sehingga pemandangan yang kami nikmati adalah laut, laut dan laut luas! Luarbiasa indah!

Naik sepeda dari penginapan kami sampai jembatan cinta membutuhkan waktu tidak sampai 30 menit termasuk sesi foto-foto di sepanjang garis pantai (maklum rombongan narsis J). Kalau ada yang tidak bisa naik sepeda, atau yang tidak mau capek bersepeda, Bentor (Becak Motor) bisa menjadi alternatifnya. Kendaraan unik ini mirip becak, tapi belakangnya motor, bukan sepeda kayuh. Sepertinya ini satu-satunya kendaraan umum di Pulau Tidung.

Sampai di jembatan cinta ternyata pengunjung sudah lumayan ramai. Sempat gerimis tiba-tiba datang membubarkan kami dari aktivitas photo session dengan si jembatan cinta, untung hanya sebentar :D. Kami juga tidak membuang waktu hanya dengan melihat semua orang berolahraga air ria. Hampir semua wahana air kami coba. Kanoe, banana boat, speadboat dan satu lagi wahana yang membuat kami ditarik speedboat dan hamper melayang-layang di udara! (lupa namanya, hehe). Alasan lain mengapa jangan ke sini waktu musim hujan, bahkan hanya gerimis, air hujan ataupun gerimis membuat ubur-ubur naik ke permukaan air! Jadi jangan coba-coba naik banana boat kemudian terlempar di lautan ubur-ubur yang sudah siap dengan sengatannya karena kami telah mengalaminya L. Jenis ubur-ubur di sini tidak beracun sih, hanya lumayan membuat seluruh tubuhmu gatal-gatal seperti digigit semut dan menimbulkan jejak kemerahan merata L. Kalau sudah begitu jangan sampai digaruk! Karena lukanya akan membekas. Oles saja sedikit balsam dan bercak kemerahan dan rasa gatal itu akan segera sembuh.

Ber-banana boat :)
Sebelum jam 12 siang, waktu perahu nelayan kami menjemput kembali ke Jakarta, kami puaskan diri dengan berfoto bersama setiap sudut pulau dan keindahan pantainya. Pasir putih yang tergelar dan birunya laut, benar-benar membuat kami jatuh cinta.

Pukul 12 tepat, ketika matahari benar-benar teriknya, perahu nelayan kami datang. Duh.. rasanya matahari sedikit mengejek ya, karena ketika kami ingin berfoto dengannya di pagi dan senja dia begitu enaknya bersembunyi. Tapi ketika siang tiba dia bersinar begitu terik, huh.. L. Tapi terimakasih matahari, karena kamu bersinar cerah siang itu, kami bisa menikmati perjalanan pulang ke Jakarta tanpa sedikitpun tertidur! Kami tak mau sedikitpun melewatkan detik-detik keindahan ini hilang begitu saja :D.

Perjalanan Pulang

Perjalanan pulang ini memberikan kami waktu untuk merenung bersama mendalami berbagai sisi dunia yang baru kami tinggalkan. Hectic world dan segala keharusan setiap orang mengikutinya dengan niatnya masing-masing, mengejar dunia, menggapai cita-cita, medapatkan pencapaian dan kebanggaan dengan sekelumit permasalahan yang mengikuti. Yah.. apapunlah tujuannya, tapi laut bisa mengalihkan kami. Menyadarkan betapa kami melupakan sisi-sisi indah ciptaan Tuhan yang masih tersisa di bumi Jakarta. Luasnya yang seperti tak bertepi membuat kami mampu menumpahkan segala asa, segalanya! Bersyukurlah kami masih diberi kesempatan untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan menciptakan laut indah yang membentang. Manusia terasa amat kecil di sini..

The beauty of sea

Semakin pekat dan kotor air laut, menandakan daratan Jakarta semakin dekat. Dan ketika bau menyengat sampah bercampur amis ikan dengan pemandangan air laut yang berubah coklat dengan berbagai limbah manusia mengapung di sana, maka sampailah kami.. kembali ke Jakarta. Ironis memang.. tapi yah.. itulah kenyataannya. Sempat terpikir mungkin tanah Jakarta ini dulu tak se-ngeri sekarang. Tapi yang kami hadapi, inilah kenyataan L.

Turun dari perahu nelayan, tidak perlu bingung untung mencari transport ke Stasiun Kota, pusat kami kembali pulang ke peraduan masing-masing. Sewa saja satu ‘Odong-odong’ yang akan mengantar kita sampai Stasiun Kota, kendaraan ini muat hingga 8 orang. Harganya murah meriah daripada naik Taksi untuk kantong kami para Backpacker hehehe. Ketika stasiun kota sudah di depan mata, itulah akhir perjalanan kita. Sudah merencanakan berkunjung ke sudut kecil Jakarta ini? Seperti namanya bagaimanapun Pulau Seribu menyimpan seribu pesona, silahkan pilih, Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Pramuka dan masih banyak lainnya. Jadi booked your date and go Visit Jakarta? J

Tidung

 
Paket Wisata Pulau Tidung
Paket Wisata 2 hari 1 malam @280.000 (minimal 7 orang)
Banana boat (atau wahana air lain) @35.000
Bentor (becak motor) 15.000/3orang
Odong-odong @5.000